Selasa, 07 Oktober 2014

EKONOMI KERAKYATAN (Survei UMKM)

TUGAS KELOMPOK SURVEI
Phas “Prima Hasta Sentosa” Handycraft
Dosen Pengampu: Dr. Endang Mulyani, M.Si.



Disusun oleh:
1.      Halim Prawiranata (12809134037)
2.      Novita Prahastiwi (12809134038)
3.      Novi Kurniawati (12809134066)


D3 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013




BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Ekonomi Kerakyatan adalah salah satu mata kuliah yang diprogramkan untuk mahasiswa diploma akuntansi untuk memahami pengembangan ekonomi yang disusun atas azas kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dan segala kekayaan yang terkadung di dalam suatu negara untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kemakmuran rakyatnya.
Ekonomi kerakyatan juga mengajarkan bagaimana kita, mahasiswa perlu terjun langsung kelapangan dan berpikir sistematis untuk mencari permasalahan teknis yang ada pada industri atau usaha kecil dan memberikan solusi sistematis yang tepat. Ini diperlukan, karena usaha kecil merupakan sebuah tempat yang dituju untuk bekerja dan kemudian dikembangkan agar menjadi lebih dikenal/lebih besar sehingga membuka kesempatan kerja bagi banyak orang. Usaha Mikro Kecil Menengah menjadi sasaran dalam survei ini, karena pada saat ini tidak mendapat perhatian besar dari pemerintah.
Adapun tujuan kunjungan UMKM kami adalah Phas “Prima Hasta Sentosa” Handycraft, yang beralamat di Karang Wetan RT 18 RW 09, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sejarah/riwayat berdirinya UMKM tersebut?
2.      Bagaimanakah manajemen sumberdaya manusia UMKM tersebut
3.      Bagaimanakah manajemen keuangan dalam UMKM tersebut?
4.      Bagaimanakah manajemen produksi dalam UMKM tersebut?
5.      Bagaimanakah cara pemasaran barang yang dilakukan oleh UMKM tersebut?
6.      Apa sajakah permasalahan yang dihadapi?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah/riwayat berdirinya UMKM “Phas Handycraft”..
2.      Untuk mengetahui SDM dalam UMKM tersebut, seperti apakah kualitas, pendidikan, dan ketrampilan karyawannya.
3.      Untuk mengetahui seperti apakah manajemen keuangannya, apakah pembukuannya sudah baik, apakah sudah dibedakan satu dengan yang lain, dan bagaimana modal awalnya.
4.      Untuk mengetahui manajemen produksinya apa barang-barang yang diproduksi, apakah sudah memenuhi ijin, seberapa besarkah kreatifitas pemilik, dan lain-lain.
5.      Untuk mengetahui pemasarannya, misalnya seperti apakah cara memasarkan yang dilakukan oleh pemilik UMKM.
6.      Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi UMKM tersebut.



BAB II
HASIL SURVEI

A.    Pelaksanaan Survei
Hari/Tanggal     : Rabu, 13 Maret 2013
Lokasi survei     : Karang Wetan RT 18 RW 09, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo.
Waktu               : 13.30-14.30 WIB
Narasumber       : Ibu Jumariyah dan Bapak Joko
Anggota survei  : 1. Halim Prawiranata
2. Novita Prahastiwi
3. Novi Kurniawati

B.     Riwayat Usaha
Nama Usaha          : Phas “Prima Hasta Sentosa” Handycraft
Pemilik Usaha        : Bapak Joko dan Ibu Jumariyah
Alamat Toko          : Karang Wetan RT 18 RW 09, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, DIY. 55664.
Telepon                  : 087839443388
Alamat Produksi    : Karang Wetan RT 18 RW 09, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, DIY. 55664.
Tahun Berdiri         : 1992
Jumlah Karyawan  : 5 Karyawan tetap dan ada beberapa karyawan tambahan (bila ada pesanan banyak).

Sejarah UMKM Phas “Prima Hasta Sentosa” Handycraft:
     Bapak Joko dan Ibu Jumariyah adalah saudara yang bersama-sama mendirikan usaha kerajinan tangan yang dibuat dari pohon Gebang ini. Usaha ini didirikan pada tahun 1992. Mereka mulanya hanya ikut membantu tetangganya yang memang sudah memiliki usaha kerajinan terlebih dahulu, karena memang masyarakat di desa itu kebanyakan memiliki usaha sebagai pengrajin Agel. Kemudian dari ikut itu mereka mencoba membuat sendiri dan membuka usaha kecil-kecilan. Kebetulan dulu di desa itu banyak terdapat pohon Gebang, sehingga meminimalkan biaya produksi karena tinggal memetik tanpa membeli. Dulu tempat produksi dan penjualan dilakukan di rumah sendiri di Karang Wetan RT 18/RW9, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo.
Modal awal hanya dengan mencari Pohon Gebang di sekitar rumah,  kemudian mencari serat yang kuat yang disebut dengan Agel(dihasilkan tangkai daun), yang setelah dibelah, direndam, dan dijemur, serat itu dirangkai menjadi tali berukuran kecil dan kemudian dibuat berbagai kerajinan. Promosi/pemasaran pada awalnya dilakukan dari mulut ke mulut.

C.    Manajemen Sumberdaya Manusia
Dalam memproduksi kerajinannya Ibu Jumariyah dan Pak Joko memperkerjakan tetangga di sekitar rumahnya. Karyawan tetapnya berjumlah lima orang, tapi bila pesanan banyak misalnya untuk  dikirim ke luar negeri atau pesanan souvenir mereka menambah berapa karyawan dalam proses produksinya dan juga tetangganya sendiri.
Untuk kualitas/ketrampilan keryawan tentu sudah baik, mereka telah terampil dalam pembuatan kerajinan ini karena belajar dari orangtua, sanak, ataupun tetanggannya sendiri. Tapi bila ada kesulitan Bapak Joko atau Ibu Jumariyah tidak segan untuk memberikan arahan atau membantu.
Ibu Jumariyah dan Bapak Joko tidak terlalu memperhatikan pendidikan karyawannya, mereka yakin karyawannya dapat dipercaya dan mampu membantu mereka dalam proses produksi. Buktinya hingga saat ini produk mereka tetap baik, dan belum ada keluhan. Karyawan hanya membantu dalam proses produksi seperti menganyam, membuat puring, memasang puring, dan proses produksi lain. Untuk menjaga toko dilakukan oleh Bu Jumariyah dan Bapak Joko langsung.
Untuk pemberian upah mereka biasanya menunggu uang hasil penjualan, kemudian mereka memberi sepantasnya/tergantung berapa hasil yang didapat dari penjualan dan seberapa besar kinerja karyawan. Bapak dan Ibu Jumriyah tidak memberikan gambaran pasti berapa jumlah upahnya, karena karyawanpun tidak mematok upah mereka.

D.    Manajemen Keuangan
Modal awal seperti yang telah dijabarkan di atas karena hanya mencoba-coba Bapak Joko hanya mencari serat pohon sendiri disekitar rumah yang kemudian di proses sendiri dengan membelahnya, merendam, menjemur kemudian dijadikan tali kecil-kecil yang berikutnya beliau kreasi menjadi beberapa bentuk kerajinan tanpa memberikan hiasan berupa puring-puring. Promosi yang dilakukan pun dari mulut ke mulut. Ternyata promosi tersebut berhasil, sedikit demi sedikit ada konsumen sehingga beliau menambah kreasinya dan mulai memberikan hiasan karena sudah mulai ada modal yang diproduksi dengan manual/jahit tangan.
Karena semakin hari semakin banyak pelanggannya termasuk dari luar negeri maka modal pun bertambah banyak. Kini Bapak Joko dan Ibu Jumariyah mampu menyewa kios milik saudaranya, mereka juga mampu membeli mesin jahit sebagai alat untuk membuat puring. Seandainya modal terus bertambah merekapun ingin menambah jumlah mesin jahit atau memiliki kios sendiri dan tidak menyewa lagi.
Laba bersih yang diperoleh oleh Phas Handycraft tiap unitnya antara Rp1000,00-Rp20.000,00. Untuk laba perhari tidak bisa memastikan karena tidak setiap hari ada konsumen yang datang, sebab ada juga disuatu hari tidak ada pembeli sama sekali.
UMKM ini tidak melakukan pembukuan sebagai bentuk laporan kegiatan usahanya, pencatatan hanya dilakukan secara sederhana dengan menulis pengeluran untuk pembelian bahan baku, pengeluaran lain-lain dan laba.

E.     Manajemen Produksi
Phas Handycraft memproduksi berbagai kerajinan dari serat alam/agel berupa tas(kecil, besar, gendong, samping, laptop), tempat tisu, tempat botol, bantal yang diisi dacron, dompet, topi, kursi, figura, dan lain-lain. Kreatifitas sangat baik karena mampu menghasilkan beberapa barang baik yang bisa digunakan maupun untuk pajangan/hiasan saja. Untuk kualitas sudah baik dan dapat dibuktikan, misalnya serat yang akan dibuat tas sengaja diplintir(2/3 serat disatukan) agar kuat.
Harga yang dipathok Ibu Jumariyah dan Bapak Joko berkisar mulai dari Rp5.000,00 untuk dompet sampai jutaan untuk tas atau kursi. Harga itu tentu saja disesuaikan dengan kerumitan proses produksi dan jumlah bahan baku yang dperlukan.
Apabila dulu bahan baku hanya diperoleh dari sekitar rumah dan diolah sendiri, karena kini pohon gebang sudah semakin jarang maka bahan baku di dapat dari Madura dan sudah berupa Agel jadi tidak perlu membelah, merendam, dan mengeringkan melainkan tinggal memproduksinya menjadi kerajinan-kerajinan. Selain Agel itu sendiri diperlukan kain dan juga benang yang digunakan untuk pembuatan puring/hiasan.
Harga Agel sendiri berkisar Rp10.000,00 tiap 1kgnya. Biasanya membeli di Madura dalam jumlah banyak antara Rp5.000.000,00-Rp10.000.000,00. Pemilik UMKM telah memiliki pemasok sendiri. Apabila jumlah bahan baku sisa akan disimpan sebagai stok, jadi apabila ada pesanan mendadak tidak kerepotan karena tidak memiliki stok bahan baku.
Karena sudah membeli bahan baku berupa Agel yang sudah siap untuk dikreasikan, jadi Bapak Joko langsung membuat atau mengkreasikan sesuai yang diinginkannya atau membuat sesuai pesanan yang diminta. Agar produk  lebih kuat sebelum dianyam biasanya diplintir terlebih dahulu. Waktu proses produksi beragam, tergantung tingkat kesulitan untuk satu tas saja bisa sampai 5 hari, jadi apabila harga tinggi itu setimpal karena bahan bakunya yang harus dipesan langsung dari Madura, proses produksi yang rumit hingga membutuhkan waktu lama, dan lain-lain.
Proses pembuatan seperti mlintir, menganyam, dan memasang hiasan dilakukan dengan manual atau tangan, kecuali proses pembuatan puring yang dilakukan dengan mesin jahit agar hasil lebih baik. Karena mesin jahit hanya ada satu, apabila ada pesanan banyak maka sebagian diserahkan kepada tukang jahit disekitar rumah untuk mempercepat proses produksi.
Untuk izin usaha, bapak Joko mengatakan dulu sebenarnya sempat memiliki namun kini sudah tidak lagi karena belum diperpanjang.

F.     Manajemen Pemasaran
Pada awalnya pemasaran kerajinan ini dilakukan dari mulut ke mulut di pajang di rumah. Promosi itupun berhasil memikat beberapa konsumen yang membeli langsung barang yang tersedia tau memesan beberapa barang. Karena mengetahui beberapa pasar yang strategis, Bapak Joko pun mulai menitipkan hasil kerajinanannya di Pasar Bring Harjo dan di Malioboro dan dari situlah mendapat tambahan konsumen.
Kemudian saat Bapak Joko mengantarkan produknya ke pengepul di Malioboro, ada turis yang melihat karyanya yang kemudian tertarik dan ikut ke rumah untuk melihat kerajinan-kerajinan lainnya. Kebetulan Turis itu dari Amerika yang kemudian memesan beberapa kerajinan, dan mulai saat itulah Phas Handycraft semangat serta kebanjiran order dari luar negeri. Selain Amerika, Phas Handycraft juga pernah mendapat orderan dari Taiwan, Singapura, Denmark, Malaysia dan Australia. Saat itulah Phas merekut beberapa karyawan tidak tetap untuk membantu proses produksi karena dikejar waktu.
Phas yang kini telah memiliki kios sewaan sederhana memajang koleksinya di kios itu, sehingga apabila ada konsumen datang, konsumen tidak kecewa. Bapak Joko mengatakan, “Lebih kami menyotok seperti ini meski tidak ada pembeli, daripada nanti ada pembeli datang tapi tidak mendapatkan hasil karena tidak ada barang.”
Untuk lokasi Phas Handycraft kurang strategis karena letaknya yang tidak berada di jalan raya, sehingga masih sulit dilihat banyak orang kecuali konsumen itu memang telah mengetahui letaknya baik karena telah langganan ataupun karena tahu dari orang. Tapi beruntung saat ini Desa Salamrejo telah dikenal banyak orang sebagai Desa Kerajinan Serat baik dari enceng gondok, agel, pandan,dll.
Phas Handycraft juga pernah mengiklankan hasil produksinya melalui koran. Tapi kini sudah tidak lagi, dan berlanjut dengan mulut ke mulut yang lebih efektif dan efisien.

G.    Permasalahan UMKM Phas “Prima Hasta Sentosa” Handycraft
Dalam survei usaha yang kami lakukan kami melihat beberapa kendala yang dihadapi UMKM Phas Handycraft diantaranya:
1.      Belum bisa melalukan pembukuan laporan keuangan secara baik.
2.      Ijin Usaha belum diperpanjang.
3.      Kios/tempat penjualan kurang strategis.
4.      Belum bisa melakukan pemasaran dengan baik, misalnya melalui media elektronik.
5.      Masyarakat sekitar tidak begitu tertarik dengan kerajinan tersebut, karena menganggap harga mahal. Justru konsumen asing yang lebih menghargai, padahal tidak banyak orang asing yang tahu tentunya.
6.      Terlalu banyak pesaing.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Dalam pembuatan kerajinan Agel tidak semudah yang kita bayangkan, untuk pembuatannya saja bisa lebih dari lima hari, tergantung ukuran dan kerumitan. Cara pemasarannya sebenarnya sudah tidak sulit apabila melihat perkembangan saat ini, tapi karena masyarakat sekitar menganggap pathokan harganya terlalu tinggi sehingga mereka tidak tertarik atau takut untuk membeli padahal sebenarnya harga itu sudah disesuaikan.
Ibu Jumariyah dan Bapak Joko sangat ulet, karena bukan Cuma setahun dua tahun mereka menjalankan usahanya tapi sudah puluhan tahun dari yang menjual atau memasarkan di rumah sendiri sampai kini sudah memiliki kios walau masih menyewa dan sudah bisa mengekspor ke luar negeri.
Kesimpulan dari kunjungan kami, antara lain:
1.      Bila seseorang mau berusaha, mau gagal, dan mau mencoba pasti akan ada jalan.
2.      Kerajinan tangan ini memiliki peluang yang cukup besar sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang diharapkan, apabila diimbanggi dengan pemasaran yang baik.
3.      Dapat membuka atau memberi kesempatan kerja bagi orang lain.
4.      Menjaga kualitas tetap baik membuat hasil kerajinan ini tetap diminati konsumen.

B.     Saran
     Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan para pengusaha kecil dan menengah agar mereka lebih bisa berkembang, misalnya memberikan sosialisasi cara pemasaran yang baik, cara pembukuan, memberikan tambahan modal, serta memberikan fasilitas yang memadai dan juga dukungan terhadap para pengusaha kecil menengah. Ibu Jumariyah mengatakan sebenarnya pernah ada sosialisasi membantu cara pembuatan laporan keuangan yang baik bahkan diberikan bantuan berupa komputer, tapi karena hanya dilakukan selama 2hari sehingga yang diharapkan tidak dapat terlaksana/sia-sia.
Apabila akan diadakan sosialisasi seharusnya jangan hanya 1/2hari apa lagi bisa dibilang pemilik usaha hanya menempuh pendidikan sampai SMP/SMU yang dulu belum pernah ada pendidikan Teknologi Komputer, jadi pemahaman tentang komputer pun diterima tapi agak lambat. Seharusnya lebih mendetail dan pelan, sehingga bermanfaat.



LAMPIRAN








   




Tidak ada komentar:

Posting Komentar