TUGAS KELOMPOK SURVEI
Phas “Prima Hasta
Sentosa” Handycraft
Dosen
Pengampu: Dr. Endang Mulyani, M.Si.
Disusun
oleh:
1. Halim
Prawiranata (12809134037)
2. Novita
Prahastiwi (12809134038)
3. Novi
Kurniawati (12809134066)
D3 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Ekonomi
Kerakyatan adalah salah satu mata kuliah yang diprogramkan untuk mahasiswa
diploma akuntansi untuk memahami pengembangan ekonomi yang disusun atas azas
kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dan segala kekayaan yang terkadung di dalam suatu
negara untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kemakmuran rakyatnya.
Ekonomi kerakyatan
juga mengajarkan bagaimana kita, mahasiswa perlu terjun langsung kelapangan dan
berpikir sistematis untuk mencari permasalahan teknis yang ada pada
industri atau usaha kecil dan memberikan solusi sistematis yang tepat. Ini
diperlukan, karena usaha kecil merupakan sebuah
tempat yang dituju untuk bekerja dan kemudian dikembangkan agar menjadi lebih
dikenal/lebih besar sehingga membuka kesempatan kerja bagi banyak orang. Usaha
Mikro Kecil Menengah menjadi sasaran dalam survei ini, karena pada saat ini
tidak mendapat perhatian besar dari pemerintah.
Adapun tujuan kunjungan UMKM kami adalah Phas
“Prima Hasta Sentosa” Handycraft, yang beralamat di Karang Wetan RT 18 RW 09,
Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
sejarah/riwayat berdirinya UMKM tersebut?
2. Bagaimanakah
manajemen sumberdaya manusia UMKM tersebut
3. Bagaimanakah
manajemen keuangan dalam UMKM tersebut?
4. Bagaimanakah
manajemen produksi dalam UMKM tersebut?
5. Bagaimanakah
cara pemasaran barang yang dilakukan oleh UMKM tersebut?
6. Apa
sajakah permasalahan yang dihadapi?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui sejarah/riwayat berdirinya UMKM “Phas Handycraft”..
2. Untuk
mengetahui SDM dalam UMKM tersebut, seperti apakah kualitas, pendidikan, dan
ketrampilan karyawannya.
3. Untuk
mengetahui seperti apakah manajemen keuangannya, apakah pembukuannya sudah
baik, apakah sudah dibedakan satu dengan yang lain, dan bagaimana modal
awalnya.
4. Untuk
mengetahui manajemen produksinya apa barang-barang yang diproduksi, apakah
sudah memenuhi ijin, seberapa besarkah kreatifitas pemilik, dan lain-lain.
5. Untuk
mengetahui pemasarannya, misalnya seperti apakah cara memasarkan yang dilakukan
oleh pemilik UMKM.
6. Untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi UMKM tersebut.
BAB
II
HASIL SURVEI
A.
Pelaksanaan
Survei
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Maret 2013
Lokasi
survei : Karang Wetan RT 18 RW 09, Salamrejo,
Sentolo, Kulon Progo.
Waktu : 13.30-14.30 WIB
Narasumber : Ibu Jumariyah dan Bapak Joko
Anggota survei : 1. Halim Prawiranata
2. Novita Prahastiwi
3. Novi Kurniawati
B.
Riwayat
Usaha
Nama
Usaha : Phas “Prima Hasta Sentosa” Handycraft
Pemilik
Usaha : Bapak Joko dan Ibu Jumariyah
Alamat
Toko : Karang Wetan RT 18 RW 09, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, DIY.
55664.
Telepon : 087839443388
Alamat
Produksi : Karang Wetan RT 18 RW 09, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, DIY.
55664.
Tahun
Berdiri : 1992
Jumlah
Karyawan : 5 Karyawan tetap dan ada beberapa karyawan tambahan (bila ada
pesanan banyak).
Sejarah
UMKM Phas “Prima Hasta Sentosa” Handycraft:
Bapak Joko dan Ibu Jumariyah adalah saudara
yang bersama-sama mendirikan usaha kerajinan tangan yang dibuat dari pohon
Gebang ini. Usaha ini didirikan pada tahun 1992. Mereka mulanya hanya ikut
membantu tetangganya yang memang sudah memiliki usaha kerajinan terlebih dahulu,
karena memang masyarakat di desa itu kebanyakan memiliki usaha sebagai
pengrajin Agel. Kemudian dari ikut itu mereka mencoba membuat sendiri dan
membuka usaha kecil-kecilan. Kebetulan dulu di desa itu banyak terdapat pohon
Gebang, sehingga meminimalkan biaya produksi karena tinggal memetik tanpa
membeli. Dulu tempat produksi dan penjualan dilakukan di rumah sendiri di
Karang Wetan RT 18/RW9, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo.
Modal
awal hanya dengan mencari Pohon Gebang di sekitar rumah, kemudian mencari serat yang kuat yang disebut
dengan Agel(dihasilkan tangkai daun), yang setelah dibelah,
direndam, dan dijemur, serat itu dirangkai menjadi tali berukuran kecil
dan kemudian dibuat berbagai kerajinan. Promosi/pemasaran pada awalnya
dilakukan dari mulut ke mulut.
C.
Manajemen
Sumberdaya Manusia
Dalam
memproduksi kerajinannya Ibu Jumariyah dan Pak Joko memperkerjakan tetangga di
sekitar rumahnya. Karyawan tetapnya berjumlah lima orang, tapi bila pesanan banyak
misalnya untuk dikirim ke luar negeri
atau pesanan souvenir mereka menambah berapa karyawan dalam proses produksinya
dan juga tetangganya sendiri.
Untuk
kualitas/ketrampilan keryawan tentu sudah baik, mereka telah terampil dalam
pembuatan kerajinan ini karena belajar dari orangtua, sanak, ataupun
tetanggannya sendiri. Tapi bila ada kesulitan Bapak Joko atau Ibu Jumariyah
tidak segan untuk memberikan arahan atau membantu.
Ibu
Jumariyah dan Bapak Joko tidak terlalu memperhatikan pendidikan karyawannya,
mereka yakin karyawannya dapat dipercaya dan mampu membantu mereka dalam proses
produksi. Buktinya hingga saat ini produk mereka tetap baik, dan belum ada
keluhan. Karyawan hanya membantu dalam proses produksi seperti menganyam,
membuat puring, memasang puring, dan proses produksi lain. Untuk menjaga toko
dilakukan oleh Bu Jumariyah dan Bapak Joko langsung.
Untuk
pemberian upah mereka biasanya menunggu uang hasil penjualan, kemudian mereka
memberi sepantasnya/tergantung berapa hasil yang didapat dari penjualan dan
seberapa besar kinerja karyawan. Bapak dan Ibu Jumriyah tidak memberikan
gambaran pasti berapa jumlah upahnya, karena karyawanpun tidak mematok upah
mereka.
D.
Manajemen
Keuangan
Modal
awal seperti yang telah dijabarkan di atas karena hanya mencoba-coba Bapak Joko
hanya mencari serat pohon sendiri disekitar rumah yang kemudian di proses
sendiri dengan membelahnya, merendam, menjemur kemudian dijadikan tali
kecil-kecil yang berikutnya beliau kreasi menjadi beberapa bentuk kerajinan
tanpa memberikan hiasan berupa puring-puring. Promosi yang dilakukan pun dari
mulut ke mulut. Ternyata promosi tersebut berhasil, sedikit demi sedikit ada
konsumen sehingga beliau menambah kreasinya dan mulai memberikan hiasan karena
sudah mulai ada modal yang diproduksi dengan manual/jahit tangan.
Karena
semakin hari semakin banyak pelanggannya termasuk dari luar negeri maka modal
pun bertambah banyak. Kini Bapak Joko dan Ibu Jumariyah mampu menyewa kios
milik saudaranya, mereka juga mampu membeli mesin jahit sebagai alat untuk
membuat puring. Seandainya modal terus bertambah merekapun ingin menambah
jumlah mesin jahit atau memiliki kios sendiri dan tidak menyewa lagi.
Laba
bersih yang diperoleh oleh Phas Handycraft tiap unitnya antara Rp1000,00-Rp20.000,00.
Untuk laba perhari tidak bisa memastikan karena tidak setiap hari ada konsumen
yang datang, sebab ada juga disuatu hari tidak ada pembeli sama sekali.
UMKM
ini tidak melakukan pembukuan sebagai bentuk laporan kegiatan usahanya,
pencatatan hanya dilakukan secara sederhana dengan menulis pengeluran untuk
pembelian bahan baku, pengeluaran lain-lain dan laba.
E.
Manajemen
Produksi
Phas
Handycraft memproduksi berbagai kerajinan dari serat alam/agel berupa
tas(kecil, besar, gendong, samping, laptop), tempat tisu, tempat botol, bantal
yang diisi dacron, dompet, topi, kursi, figura, dan lain-lain. Kreatifitas
sangat baik karena mampu menghasilkan beberapa barang baik yang bisa digunakan
maupun untuk pajangan/hiasan saja. Untuk kualitas sudah baik dan dapat
dibuktikan, misalnya serat yang akan dibuat tas sengaja diplintir(2/3 serat
disatukan) agar kuat.
Harga
yang dipathok Ibu Jumariyah dan Bapak Joko berkisar mulai dari Rp5.000,00 untuk
dompet sampai jutaan untuk tas atau kursi. Harga itu tentu saja disesuaikan
dengan kerumitan proses produksi dan jumlah bahan baku yang dperlukan.
Apabila
dulu bahan baku hanya diperoleh dari sekitar rumah dan diolah sendiri, karena
kini pohon gebang sudah semakin jarang maka bahan baku di dapat dari Madura dan
sudah berupa Agel jadi tidak perlu membelah, merendam, dan mengeringkan
melainkan tinggal memproduksinya menjadi kerajinan-kerajinan. Selain Agel itu
sendiri diperlukan kain dan juga benang yang digunakan untuk pembuatan
puring/hiasan.
Harga
Agel sendiri berkisar Rp10.000,00 tiap 1kgnya. Biasanya membeli di Madura dalam
jumlah banyak antara Rp5.000.000,00-Rp10.000.000,00. Pemilik UMKM telah
memiliki pemasok sendiri. Apabila jumlah bahan baku sisa akan disimpan sebagai
stok, jadi apabila ada pesanan mendadak tidak kerepotan karena tidak memiliki
stok bahan baku.
Karena
sudah membeli bahan baku berupa Agel yang sudah siap untuk dikreasikan, jadi
Bapak Joko langsung membuat atau mengkreasikan sesuai yang diinginkannya atau
membuat sesuai pesanan yang diminta. Agar produk lebih kuat sebelum dianyam biasanya diplintir
terlebih dahulu. Waktu proses produksi beragam, tergantung tingkat kesulitan
untuk satu tas saja bisa sampai 5 hari, jadi apabila harga tinggi itu setimpal
karena bahan bakunya yang harus dipesan langsung dari Madura, proses produksi
yang rumit hingga membutuhkan waktu lama, dan lain-lain.
Proses
pembuatan seperti mlintir, menganyam, dan memasang hiasan dilakukan dengan
manual atau tangan, kecuali proses pembuatan puring yang dilakukan dengan mesin
jahit agar hasil lebih baik. Karena mesin jahit hanya ada satu, apabila ada
pesanan banyak maka sebagian diserahkan kepada tukang jahit disekitar rumah
untuk mempercepat proses produksi.
Untuk
izin usaha, bapak Joko mengatakan dulu sebenarnya sempat memiliki namun kini
sudah tidak lagi karena belum diperpanjang.
F.
Manajemen
Pemasaran
Pada
awalnya pemasaran kerajinan ini dilakukan dari mulut ke mulut di pajang di
rumah. Promosi itupun berhasil memikat beberapa konsumen yang membeli langsung
barang yang tersedia tau memesan beberapa barang. Karena mengetahui beberapa
pasar yang strategis, Bapak Joko pun mulai menitipkan hasil kerajinanannya di
Pasar Bring Harjo dan di Malioboro dan dari situlah mendapat tambahan konsumen.
Kemudian
saat Bapak Joko mengantarkan produknya ke pengepul di Malioboro, ada turis yang
melihat karyanya yang kemudian tertarik dan ikut ke rumah untuk melihat
kerajinan-kerajinan lainnya. Kebetulan Turis itu dari Amerika yang kemudian
memesan beberapa kerajinan, dan mulai saat itulah Phas Handycraft semangat
serta kebanjiran order dari luar negeri. Selain Amerika, Phas Handycraft juga
pernah mendapat orderan dari Taiwan, Singapura, Denmark, Malaysia dan
Australia. Saat itulah Phas merekut beberapa karyawan tidak tetap untuk
membantu proses produksi karena dikejar waktu.
Phas
yang kini telah memiliki kios sewaan sederhana memajang koleksinya di kios itu,
sehingga apabila ada konsumen datang, konsumen tidak kecewa. Bapak Joko
mengatakan, “Lebih kami menyotok seperti ini meski tidak ada pembeli, daripada
nanti ada pembeli datang tapi tidak mendapatkan hasil karena tidak ada barang.”
Untuk
lokasi Phas Handycraft kurang strategis karena letaknya yang tidak berada di
jalan raya, sehingga masih sulit dilihat banyak orang kecuali konsumen itu
memang telah mengetahui letaknya baik karena telah langganan ataupun karena
tahu dari orang. Tapi beruntung saat ini Desa Salamrejo telah dikenal banyak
orang sebagai Desa Kerajinan Serat baik dari enceng gondok, agel, pandan,dll.
Phas
Handycraft juga pernah mengiklankan hasil produksinya melalui koran. Tapi kini
sudah tidak lagi, dan berlanjut dengan mulut ke mulut yang lebih efektif dan
efisien.
G. Permasalahan UMKM Phas
“Prima Hasta Sentosa” Handycraft
Dalam
survei usaha yang kami lakukan kami melihat beberapa kendala yang dihadapi UMKM
Phas Handycraft diantaranya:
1.
Belum bisa melalukan
pembukuan laporan keuangan secara baik.
2.
Ijin Usaha belum
diperpanjang.
3.
Kios/tempat penjualan
kurang strategis.
4.
Belum bisa melakukan
pemasaran dengan baik, misalnya melalui media elektronik.
5.
Masyarakat sekitar
tidak begitu tertarik dengan kerajinan tersebut, karena menganggap harga mahal.
Justru konsumen asing yang lebih menghargai, padahal tidak banyak orang asing
yang tahu tentunya.
6.
Terlalu banyak pesaing.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pembuatan kerajinan Agel tidak
semudah yang kita bayangkan, untuk pembuatannya saja bisa lebih dari lima hari,
tergantung ukuran dan kerumitan. Cara pemasarannya sebenarnya sudah tidak sulit
apabila melihat perkembangan saat ini, tapi karena masyarakat sekitar
menganggap pathokan harganya terlalu tinggi sehingga mereka tidak tertarik atau
takut untuk membeli padahal sebenarnya harga itu sudah disesuaikan.
Ibu
Jumariyah dan Bapak Joko sangat ulet, karena bukan Cuma setahun dua tahun
mereka menjalankan usahanya tapi sudah puluhan tahun dari yang menjual atau
memasarkan di rumah sendiri sampai kini sudah memiliki kios walau masih menyewa
dan sudah bisa mengekspor ke luar negeri.
Kesimpulan
dari kunjungan kami, antara lain:
1.
Bila seseorang mau berusaha, mau
gagal, dan mau mencoba pasti akan ada jalan.
2.
Kerajinan tangan ini memiliki
peluang yang cukup besar sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang
diharapkan, apabila diimbanggi dengan pemasaran yang baik.
3.
Dapat membuka atau memberi
kesempatan kerja bagi orang lain.
4.
Menjaga kualitas tetap baik membuat
hasil kerajinan ini tetap diminati konsumen.
B.
Saran
Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan
para pengusaha kecil dan menengah agar mereka lebih bisa berkembang, misalnya
memberikan sosialisasi cara pemasaran yang baik, cara pembukuan, memberikan
tambahan modal, serta memberikan fasilitas yang memadai dan juga dukungan
terhadap para pengusaha kecil menengah. Ibu Jumariyah mengatakan sebenarnya
pernah ada sosialisasi membantu cara pembuatan laporan keuangan yang baik
bahkan diberikan bantuan berupa komputer, tapi karena hanya dilakukan selama
2hari sehingga yang diharapkan tidak dapat terlaksana/sia-sia.
Apabila
akan diadakan sosialisasi seharusnya jangan hanya 1/2hari apa lagi bisa
dibilang pemilik usaha hanya menempuh pendidikan sampai SMP/SMU yang dulu belum
pernah ada pendidikan Teknologi Komputer, jadi pemahaman tentang komputer pun
diterima tapi agak lambat. Seharusnya lebih mendetail dan pelan, sehingga
bermanfaat.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar